Motivasi

Minggu, 14 Februari 2010

Sinergi Pedagang Kaki Lima


Rabun jauh. Mungkin frase itu yang paling tepat untuk para pedagang kecil kita saat ini. Mungkin juga karena penghasilan mereka yang terlalu pas-pasan atau malah kurang dari kebutuhan untuk hidup layak. Kenyataannya, para pedagang kecil kita saat ini tidak mampu untuk melihat masa depannya sendiri sehingga mereka bertindak hanya untuk mengambil keuntungan saat ini saja.

Perlu bukti. Amati saja berita televisi, hampir setiap hari diberitakan terjadinya pertikaian antara pedagang kakilima dengan polisi pamong raja yang nota bene adalah alat pemerintah. Seharusnya pemerintah berbuat untuk melindungi rakyatnya dari bahaya kemiskinan. Saat ini terjadi malah seolah-olah pemerintah ingin memusnahkan ladang penghidupan rakyatnya sendiri. Lalu apa saja yang dpat kita peajari dari rangkaina musibah ini..??

Perlu adanya pola pikir yang lurus dan jauh ke depan, terutama dari pemerintah dan para pedagang yang sebagai pelaku bisnis kecil ini. Tidak mudah memang tapi bila selangkah demi selangkah bersinergi untuk mencapai tujuan bersama hal ini tidak akan menjadi hal mustahil. Langkah sinergi paling utama adalah berkomotmen mencapai tujuan bersama.

Tujuan bersama ini harus dirumuskan dan difahami dengan bijak oleh pemerintah dan rakyat. Rakyat dan pemerintah harus tahu hal-hal yang ingin dicapai dan cara pencapaiannya dengan jelas dan rinci. Misalanya, selama ini pedagang kaki lima selali di obrak-abrik karena dianggap merusak pemandangan, padahal jika mau fair pemerintah juga harus bertangung jawab karena tidak mampu menyediakan lahan pekerjaan rakyatnya. Pointnya Semua pihak harus mempu mengakomodasi kebutuhan kedua pihak. Pemerintah butuh tata kota yang apik, bersih serta asri sedangkan para pedagang butuh lahan penghidupan...

Sesungguhnya jika para pedagang kaki lima ini diedukasi dan diberdayakan dengan baik bukan mustahil justru akan menjadi nilai lebih bagi kota tempatnya berada. Lihat saja Malioboro, apakah orang mengenang Malioboro karena pertokoannya? Sama sekali tidak. Di kota-kota besar pun pedagang kaki lima selalu mendapat tempat, tetapi mereka di atur sedemikian rupa sehingga menjadi leih menarik dan tertib.

Saya pikir bila pemerintah memberikan alokasi anggaran yang besar bagi pengelolaan PKL dengan tepat tidak akan mubadzir, malah dapat dihitung sebagai investasi jangka panjang. Seandainya saja, bukan penggusuran fisik yang dilakukan pemerintah, tapi penggusuran budaya dengan investasi pada penyediaan dan pendidikan pedagang kaki lima. Langkah yang dapat di tempuh :
1.Inventarisasi pedagang kakilima dengan profesional sebagai dasar pembuatan kebijakan selanjutnya dengan memperhatikan klasifikasi dan karakteristik tiap jenis pedangang kaki lima.
2.Tindakan selanjutnya membuat sertifikasi. Ini penting untuk mengendalikan jumlah dan kualitas pedagang kaki lima. Pemerintah harus bersedia mengakui dan melindungi keberadaan pedagang kaki lima. Harus disadari profesi ini ada dan telah terbukti mampu menyediakan lapangan kerja yang besar. Pemerintah harus bersedia mengakui bahwa pedagang kaki lima pun berperan dalam pembangunan ekonomi negara, menyediakan lapangan kerja sekaligus memutarkan roda perekonomian mikro.
3.Investasi peralatan berdagang, penyediakan gerobak dagangan yang didesain khusus berdasarkan jenis dagangannya. Hal ini dapat menggandeng pihak swasta sebagai media promosi. Hal ini mungkin akan membantu anggaran pemda.
4. Edukasi para pedagang. Ini merupakan hal terpenting. Pemerintah dapat menetapkan peraturan bahwa setiap pedagang kaki lima harus mengikuti pelatihan dan pendidikan yang dilakukan secara kontinyu dan berkesinambungan. Kurikulum yang disampaikan harus jelas dan bermanfaat bagi pedagang. Pedagang yang mangkir dapat dicabut ijin dagangnya tempat usahanya diganti pedagang lain. Pendidikan ini penting peranya sebagai sarana komunikasi pemerintah dan pedagang. Selain itu sebagai alat untuk meningkatkan pengatahuan, keterampilan dan kemampuan pedagang.

Diharapkan 4 langkah pokok berupa Inventarisasi, Sertifikasi, Investari dan Edukasi akan mampu membuat penyakit rabun jauh semua pihak sembuh sekaligus menumbuhkan sinergi positif untuk membangun ekonomi kerakyatan yang benar-benar pro rakyat.

Kamis, 11 Februari 2010

Pedagang


Sebenarnya profesi apakah yang paling banyak di dunia? Lalu profesi apakah yang paling banyak namanya? Kita harus cari tahu.....

Beragam nama yang dilabelkan pada profesi ini, ironisnya profesi ni seringkali dipandang sebelah mata jika disebut dalam nama aslinya. Sesungguhnya jika kita mengamati profesi ini lebih jauh , kita akan menemuka filosofi yang sangat berharga, karenanya dalam salah satu hadis disebutkan Alloh membukakan 9 dari 10 pintu rizki bagi pedagang. Ya inilah PEDAGANG dengan banyak nama lain.

Pada dasarnya setiap orang sering berposisi sebagai pedagang. Jangan dikira bukan pedagang bila Anda bekerja di bank sebagai analis kredit, menurut saya Anda adalah pedagang yang terikat kontrak dagang jangka panjang. Ingatkah Anda saat menalani proses pelamaran pekerjaan? saat itulah Anda menjajakan dagangan berupa kemampuan Anda pada perusahaan tempat Anda bekerja sekarang. Saat gajian, saatnya Anda menerima pembayaran hasil jualan Anda yang berupa jasa menganaisis kredit. Analispun seorang pedagang....

Apakah seorang Guru PNS juga pedagang.... ya walaupun ia tidak jualan buku pada siswanya. Seorang guru pun pada hakikatnya seorang pedagang. Buktinya... masih ingat demo guru yang meminta kenaikan gaji? Ya.... saat itu mereka sedang menaikan harga jual dagangannya yang berupa jasa pendidikan bagi anak-anak bangsa ini.

Seorang tentara? Selagi mereka juga memperjuangkan gajinya, mereka pun pedagang. Polisi, apalagi. Sopir, mereka pun tidak mau jika tidak mendapatkan upah, mereka berdagang jasa. Tukang kayu, buruh bangunan, direktur, menteri atau presiden sekalipun selama ia memperjuangkan upahnya mereka pun pedagang. Walaupun teknis pekerjaan dan negosiasi keuntungan yang dilakukannya berbeda-beda. Ciri khasnya mereka melakukan pekerjaannya untuk mendapatkan keuntungan atau pembayaran, alias tidak ada yang gratis meeen...

Inilah filosofi pedagang, TIDAK ADA YANG GRATIS. Konteksnya jangan "pinter kodek" hanya mau dibayar orang tapi ga mau bayarin orang. Seorang pedagang harus menyadari bahwa SEMUA ADA BAYARNYA. Jangan hanya mau enaknya saja, jika mau barang bagus harus bayar lebih mahal, jika mau naik gaji harus bagus kerjaannya , jika mau sukses ya harus kerja keras, kalau mau masuk sorga ya harus rajin beribadah...... Pun dalam kehidupan sehari hari TIDAK ADA YANG GRATIS. Kalau jujur pasti mujur, kalau berbuat baik pasti dapat balasan baik, jakau pun berbuat curang,jali, dolim PASTI ADA BAYARANNYA.

Seorang pedagang harus berfikir jangka panjang, ini Filosofi yang ke dua. Seorang pedagang profesional tidak boleh bekerja asal-asalan. Ia pasti memberikan yang terbaik intuk konsumennya, ia akan berusaha memenuhi kebutuhan dan harapan konsumennya. Ia selalu ingin agar konsumennya merasa puas supaya konsumennya itu mau belanja lagi kepadanya.

Seorang pedagang beras akan merawat beras jualannya dengan baik supaya konsumennya merasa nikmat saat menyantap beras darinya. Seorang guru akan sungguh-sungguh mendidik siswanya supaya kelak siswanya dapat menjalani hidup dengan penuh pengetahuan. Seorang tentara akan dengan sigap mempertahankan negaranya supaya bangsanya tetap berjaya dimasa depan. Seorang PNS akan giat melayani masyarakat supaya kesejahteraan masyarakat cepat tercapai. Inilah filosofi pedagang yang akan membukakan pintu rizki pagi pengamalnya. Berkaitan dengan Filosofi pertama bahwa TIDAK ADA YANG GRATIS PASTI ADA BAYARANNYA jika kita berusaha sekuat mungkin untuk menunaikan tugas kita. Marilah kita manjadi "PEDAGANG".

Jika tidak Sekarang, Kapan Lagi....?!


Usaha sedang sulit! Usaha sedang sepi!! Mau berwiraswasta tapi tidak punya modal! Mau berwiraswasta tidak punya keahlian! Mau wiraswasta tidak mau cape! seperti itulah kebanyakan keluhan yang dapat kita dengar bila berbicara tantang wiraswasta. Ada benarnya semua keluhan itu, namun semuanya tidak harus menjadi hambatan untuk berwiraswasta.

Saat ini iklim berwiraswasta memang sedang tidak bagus, akan tetapi sebenarnya kapankah iklim usaha akan bagus? Saya fikir semakin ke depan, semakin maju perkembangan zaman, semakin terbuka informasi dan akan semakin sulit untuk berwiraswasta. Globalisasi tidak akan dapat dihentikan, berbagai perjanjian perdagangan global makin terbuka. Inilah roda Zaman yang berputar. Intinya tidak ada timing iklim yang tepat untuk berwiraswasta, justru yang paling dibutuhkan adalah semangat dan kecerdasan menyiasati iklim usaha.

Saya masih ingat bagaimana pahitnya krisis moneter tahun 2008, meskipun masih menjadi pelajar namun siapapun dapat merasakan bagaimana sulitnya perekonomian rakyat waktu itu. Nilai tukar rupiah anjlok beratus-ratus persen dari nilai sebelumnya. Dampaknya terjadi kenaikan harga yang tidak terkendali. Sebagian besar rakyat Indnesia turun derajat perekonominannya yang tadinya kelas atas turun jadi kelas menengah, yang tadinya kelas menengah banyak yang turun menjadi kelas bawah nah yang tadinya kelas bawah ga kebagian kelas lagi saking miskinnya :) Lalu masih adakah rakyat Indonesia yang diuntungkan oleh krisis moneter 2008? Jawabannya ada...

Siapakah gerangan orang yang da kompak ini? Disaat rakyat Indonesia pada melarat mereka malah untung. Sebagian dari mereka adalah eksportir. Sebenarnya bukan saja eksportir besar yang diuntungkan krisis moneter 2008, justru yang paling merasaan adalah eksportir kecil di utara Sulawesi. Mereka para petani dan nelayan yang menjual hasil usahanya langsung ke Filipina. Seperti kita ketahui Filipina relatif lebih aman peroekonomiannnya waktu itu dibandingkan Indonesia sehingga nilai tukar rupaih terhadap Peso pun turut terkoreksi signifikan akibatnya nelayan yang memiliki Peso Filipina dapat menikmati selisih nilai tukar yang signifikan juga.

Seandainya saja waktu itu saya berada di Sulawesi Utara dan memiliki komoditi yang diperlukan rakyat Filipina mungkin saya juga turut untung, saya waktu itu saya sedang berada di Surabaya disalah satu kota yang dilanda inflasi tinggi saat krisis moneter menyerang. Akan tetapi jangan salah, meskipun Anda berada di Sulawesi Utara waktu itu bila posisi anda sebagai importir nasibnya pasti mirip-mirip dengan saya karena Anda justru harus membayar lebih mahal dibandingkan seharusnya.

Intinya pada iklim perekonomian yang sama akan memberikan dampak yang berbeda terhadap hasil usaha seseorang bergantung dari posisi pewiraswasta tersebut. Meskipun situasi perekonomian sama, wilayah sama, modal sama bahkan sektor bisnis sama pun hasil usaha setiap orang akan berbeda karena tingkat kecerdasan wiraswastanyapun berbeda.

Selasa, 09 Februari 2010

Pertama......

Ini langkah pertama untuk mengenal dunia yang lebih luas dari sekedar pengetahuanku. Meski telah berulang kami membuat registrasi di beberapa provider. Semoga saja account kali ini bisa lebih hidup dan terus tumbuh selamanya.