Motivasi

Kamis, 11 Februari 2010

Jika tidak Sekarang, Kapan Lagi....?!


Usaha sedang sulit! Usaha sedang sepi!! Mau berwiraswasta tapi tidak punya modal! Mau berwiraswasta tidak punya keahlian! Mau wiraswasta tidak mau cape! seperti itulah kebanyakan keluhan yang dapat kita dengar bila berbicara tantang wiraswasta. Ada benarnya semua keluhan itu, namun semuanya tidak harus menjadi hambatan untuk berwiraswasta.

Saat ini iklim berwiraswasta memang sedang tidak bagus, akan tetapi sebenarnya kapankah iklim usaha akan bagus? Saya fikir semakin ke depan, semakin maju perkembangan zaman, semakin terbuka informasi dan akan semakin sulit untuk berwiraswasta. Globalisasi tidak akan dapat dihentikan, berbagai perjanjian perdagangan global makin terbuka. Inilah roda Zaman yang berputar. Intinya tidak ada timing iklim yang tepat untuk berwiraswasta, justru yang paling dibutuhkan adalah semangat dan kecerdasan menyiasati iklim usaha.

Saya masih ingat bagaimana pahitnya krisis moneter tahun 2008, meskipun masih menjadi pelajar namun siapapun dapat merasakan bagaimana sulitnya perekonomian rakyat waktu itu. Nilai tukar rupiah anjlok beratus-ratus persen dari nilai sebelumnya. Dampaknya terjadi kenaikan harga yang tidak terkendali. Sebagian besar rakyat Indnesia turun derajat perekonominannya yang tadinya kelas atas turun jadi kelas menengah, yang tadinya kelas menengah banyak yang turun menjadi kelas bawah nah yang tadinya kelas bawah ga kebagian kelas lagi saking miskinnya :) Lalu masih adakah rakyat Indonesia yang diuntungkan oleh krisis moneter 2008? Jawabannya ada...

Siapakah gerangan orang yang da kompak ini? Disaat rakyat Indonesia pada melarat mereka malah untung. Sebagian dari mereka adalah eksportir. Sebenarnya bukan saja eksportir besar yang diuntungkan krisis moneter 2008, justru yang paling merasaan adalah eksportir kecil di utara Sulawesi. Mereka para petani dan nelayan yang menjual hasil usahanya langsung ke Filipina. Seperti kita ketahui Filipina relatif lebih aman peroekonomiannnya waktu itu dibandingkan Indonesia sehingga nilai tukar rupaih terhadap Peso pun turut terkoreksi signifikan akibatnya nelayan yang memiliki Peso Filipina dapat menikmati selisih nilai tukar yang signifikan juga.

Seandainya saja waktu itu saya berada di Sulawesi Utara dan memiliki komoditi yang diperlukan rakyat Filipina mungkin saya juga turut untung, saya waktu itu saya sedang berada di Surabaya disalah satu kota yang dilanda inflasi tinggi saat krisis moneter menyerang. Akan tetapi jangan salah, meskipun Anda berada di Sulawesi Utara waktu itu bila posisi anda sebagai importir nasibnya pasti mirip-mirip dengan saya karena Anda justru harus membayar lebih mahal dibandingkan seharusnya.

Intinya pada iklim perekonomian yang sama akan memberikan dampak yang berbeda terhadap hasil usaha seseorang bergantung dari posisi pewiraswasta tersebut. Meskipun situasi perekonomian sama, wilayah sama, modal sama bahkan sektor bisnis sama pun hasil usaha setiap orang akan berbeda karena tingkat kecerdasan wiraswastanyapun berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar